Minggu, Juni 08, 2008

Toleransi, Senjata Pemusnah Massal Milik Kuffar


oleh Shaykh Dr. Abdalqadir as-Sufi

Toleransi adalah 1. Dapat menerima suatu kejadian 2. Tindakan menerima sesuatu atau sesorang yang menganggu atau berperilaku tidak menyenangkan pada seseorang.

Di Jakarta pada akhir Februari 2004 lalu, diselenggarakan sebuah konferensi yang konon-disebut Konferensi Internasional Ulama Islam, dengan sub-judul "guna mengangkat prinsip-prinsip islam." Kami sudah memaparkan dalam tulisan-tulisan sebelumnya bahwa kuffar kini sedang mendalangi dialektika, yang mana hasilnya akan sama saja dari sudut pandang yang manapun, yaitu hasil yang mereka inginkan. Dialektika ini telah kita namakan sebagai Politik Isma'ili, dan adalah penyimpangan yang ke luar dari Islam, yang pas sekali dengan keadaan zaman sekarang. Teorinya adalah untuk membiarkan serangkaian aksi teror yang begitu mengerikan terjadi hingga pihak yang dituduh melaksanakannya, baik karena letih maupun benci, digiring kepada kebalikannya. Kemudian antitesanya ditawarkan kepada komunitas yang kini merasa bersalah dan malu. Solusi yang timbul yang konon dipaparkan sebagai 'ketertiban setelah kekacuan', dan sebagai 'keadilan setelah ketidak-adilan', adalah 'Toleransi'. Lebih baik bagi kita untuk menggunakan istilah tersebut dalam bentuk tulisan Perancis, yaitu Tolerance, karena istilah itu dilahirkan dengan sengaja sebagai salah satu alat kekuasaan dalam rangka pendirian negara ateis segera setelah Revolusi Perancis. Doktrin ini sebenarnya sangat tak masuk akal karena buktinya adalah kebalikannya. Jika kita amati dengan seksama jelaslah alat kekuasaan ini dibidik kepada sekelompok guna mengubah mereka agar tunduk pada tatanan moral kelompok lawannya. Dengan kata lain, mengandung dinamika satu arah. Maksud kami adalah bahwa doktrin Tolerance memaksa kelompok yang dituduhnya untuk "Toleransilah pada kita!" Terkandung di dalamnya adalah mustahilnya berlaku timbal-balik dari kelompok yang meminta ditolerir. Ini harus digarisbawahi. "Kalian harus mentolerir kita — tapi situasi anda tak bisa diltolerir karena kalian mencoba menekan kita dengan teror."

Apa yang kemudian berlaku dari proses Tolerance ini adalah hasil yang diinginkan, yaitu dihapusnya komunitas yang bersalah, apakah melalui pemusnahan dengan cara melakukan perang 'keadilan' atas mereka —yaitu perang melawan teror— maupun melalui asimilasi total pihak tertuduh alhasil sirnalah etos yang disidik melalui dialektika ini

Dari sudut pandang materialis, sesumbar mereka mengenai Perang atas Teror sebenarnya sangat menarik karena satu komunitas, dengan dukungan antek-anteknya, bersedia untuk menggelarkan semua persenjataan teknologi mereka guna memerangi musuh-musuh mereka, sampai kepada seluruh kekuatan polisi rahasia internasional mereka, bahkan hingga ditariknya kembali protokol-protokol kebebasan madani hasil jerih-payah mereka sendiri. Di sisi lain para teroris hanya memiliki badan-badan mereka sendiri yang sedia mereka korbankan dalam arena musuh mereka, yang kemudian berakibat ditimpanya komunitas mereka sendiri dengan bencana hasil bunuh-diri itu.

Tak bisa dipungkiri bahwa dari sudut Islam, seorang Muslim yang melakukan bunuh diri akan dijerumuskan kedalam Api (naarul-jahannam). Andai kita berbalik kepada penerapan doktrin politik Tolerance kita akan menghadapi masalah yang lebih parah lagi. Dipegangnya doktrin ini, dakwahnya doktrin ini, dukungan atas doktrin ini, mengajak pihak lain pada doktrin ini, adalah program kafir di zaman ini untuk menghapuskan Islam. Ideologi yang dikumandangkan oleh Nazi adalah "Kirche, Küche und Kinder" (Gereja, Dapur dan Anak-anak), sebuah program yang nampak damai dan "menjunjung kehidupan", sementara penerapan program manis ini berarti harus segera menghapus segolongan ras manusia yang mereka anggap tak mendukung ideologi ini. Melihat rencana dan pelaksanaan yang sudah berjalan dari program genosida (pemusnahan massal) atas Muslimin, Tolerance mirip dengan ideologi Nazi itu.

Alhasil tak seorangpun boleh dibiarkan memasuki dialektika kuffar. Dengan demikian dari sudut pandang Islam penolakan atas Tolerance tak terpisahkan dengan penolakan atas terorisme. Masalah terorisme adalah masalah mereka, karena kita Ummat Dunia bukanlah pelakunya, apalagi sebagian dari aksi teror dipicu oleh mereka sendiri dengan terus menggunakan agen-agen provokator mereka. Sebaliknya, Tolerance adalah masalah kita dan keteguhan kita untuk menolaknya haruslah sempurna. Jika kita tak acuh pada peringatan ini, masa depan setiap masyarakat Muslim adalah menjadi seruntun Cagar-Muslim Nasional, terusir dari segenap lingkaran kekayaan, perdagangan dan kedamaian. Komunitas Arab-Palestina yang kini hampir putus dari pendidikan Islam yang benar, tentu salah telak jika mereka kira dinding Israel ada kemiripan dengan dinding Berlin, karena dinding Berlin hanyalah pembatas antara dua masyarakat musuh yang pada intinya sama saja. Namun, sebenarnya sama dengan situasi di Pale yang mendorong para yahudi memasuki kawasan payau Polandia demi 'bersih'-nya zona masyarakat Rusia.

Kini mari kita amati dengan seksama Konferensi Jakarta. Jika ada setitikpun keraguan kita atas kuatnya komitmen kafir pada Doktrin Tolerance, maka Konferensi Jakarta dapat diacungkan sebagai bukti kuat atas sampai mana kemajuan dan kerjasama kuffar pada gerakan ini. Presiden Megawati Sukarnoputri yang tak dikenal dengan ketajaman intelektualnya, dalam pidato pembukanya di acara tersebut, dalam waktu singkat sudah mengutarakan doktrin kembarannya kuffar, yaitu Hak-hak Asasi Manusia - HAM (bacalah pidato pentingnya Hajj Abu Bakr Rieger, Rais Gerakan Dakwah se-Dunia Murabitun, sebagaimana ia sampaikan di Konferensi Fiqh Internasional di Pretoria pada Oktober 2003, tersedia di website ini). Belum lagi desahan dan gumaman Presiden Megawati yang hampir tak kentara mengenai masuknya AS ke dalam Iraq, tak selantang perlawanan Menteri Luar Negeri Perancis, yang didasari dengan hukum internasional.

Allah Ta'Ala mengatakan dalam surat Ibrahim (14:52 dalam riwayat Warsy):

(Al-Quran) ini adalah penjelasan yang cukup bagi manusia, dan supaya mereka diberi peringatan dengannya, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran.

Jadi, jika kita melihat tafsir sahih ayat-ayat Quran di atas hingga ke Sunnah Rasulullah Salallaahu 'Alaihi Wasallaam, mengenai apa itu Diinul-Islam, maka akan berdampak politik yang sangat dalam. Tak ada lagi yang lebih layak untuk mengutuk Konferensi Jakarta ini selain dengan menunjukkan bahwa landasan kesombongan dalam deklarasi-deklarasinya berakibat kita menolak keberadaan Rasul kita yang tercinta, Salallaahu 'Alaihi Wasallaam.

Butir pertama Deklarasi Jakarta jelas sekali merupakan persiapan perpindahan dari Islam ke Tolérance yang bertuhan esa. Deklarasi tersebut menyerukan segenap Muslim untuk "menjunjung tinggi kedamaian, keadilan, kebebasan/kemerdekaan, kemoderatan, toleransi, stabilitas, musyawarah, dan persamaan hak, sebagai landasan asasi kehidupan manusia." Tentu saja itu sama saja dengan doktrin-nya konstitusi AS, yang berbasis ateis-humanis dan yang juga mengakibatkan bendera mereka berkibar ketika mereka maju menindas dan membunuh-massal suku-suku Amerika asli dari suku Navajo hingga Sioux dll, bahkan sampai sangat antusias ketika dengan Senjata Pemusnah Massal mereka, meluluh-lantakkan Hiroshima dan Nagasaki. Maka dari itu jika para pengusung Deklarasi Jakarta manut pada doktrin-doktrin ini, tentu saja merekalah yang akan jadi korban berikutnya.

Syekh Ahmad ibn al-Bashir al-Qalaawi ash-Shinqueeti Dalam maha-karyanya, 'Islam dalam Madzhab Madinah', menulis:

"Syekh Abu'l-Qasim Abd al-Jalil al-Qasri mengatakan mengenai 'Aqidah: 'Kalian lihatlah [orang-orang] yang sombong dan berlebih-lebihan, memandang rendah pada orang lain dan membenci mereka. Ketika orang sedemikian ditanya, "Apakah kewajiban utama? Di mata Fiqh/hukum, kapankah seseorang bertanggungjawab penuh? Apa buktinya bahwa jalan seseorang adalah jalan yang benar? Dan apakah kedzaliman yang harus dihindari sesiapapun?" — ia akan bungkam sepi bak kuburan dan lebih takut dibanding seekor hewan yang terkena perangkap. Himmah-nya yang tadinya tinggi tiba-tiba menciut jadi nihil, dan semua hal dalam nafsunya yang tadinya seperti berkuasa, berbobot dan penting, tiba-tiba tunduk. Ia menjadi tawanan ketakutan dan bungkamnya sendiri. Camkanlah bencana yang menimpanya! Camkanlah kerugian yang dideritanya!'

Aku mengatakan: 'Andaikan ia memperhatikan bencana yang menimpanya di dunia, dan ingat bahwa ketika ia wafat di (alam) kubur akan ada pertanyaan-pertanyaan Munkar dan Nakir mengenai tauhid; dan kengerian alam berikutnya akan dialami setiap manusia — yang mana tak satupun dapat selamat kecuali mereka-mereka yang telah diberkati Allah dengan ilmu bermanfaat mengenai Allah; dan bahwa yang Haq dan Bathil akan dipisahkan; dan bagaimana segala sesuatu yang tersembunyi yang berasal dari kejahiliyahan Diin akan terbuka nyata; dan bagaimana yang sombong dan berlebih-lebihan, karena berpaling dari tauhid dan karena menyibukkan diri mereka dengan apa yang tak menyangkut mereka, hanya akan menuai sesal dari apa yang mereka tanamkan di dunia ini; dan bahwa semua kesedihan dan penyesalan pada masa itu tak akan menghasilkan apa-apa.”

Ayat ketiga dalam Deklarasi Jakarta adalah, "Untuk menerima perbedaan budaya dan kemasyarakatan setiap individu sebagai rahmat dari Allah."
Itu adalah penolakan mentah yang disengaja terhadap pembeda dan fruqan yang Allah Azza Wa Jalla telah landaskan dalam Quran-Nya. Dan salah satu nama Quran adalah 'al-Furqan' (pembeda). Ayat di atas yang memuat istilah-istilah 'individu', 'kebudayaan' dan 'kemasyarakatan', adalah bahasa dan kosa-kata sosiologi, sebuah ilmu jejadian, dengan demikian para pembicara di Konferensi itu adalah para sosiolog atau para akademisi, bukan fuqaha . Dalam Surat at-Taubah (9:67-68 riwayat warsy), Allah Ta'Ala berkata:

Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan. sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang munkar dan melarang berbuat yang ma'ruf dan mereka menggenggamkan tangannya. Mereka telah lupa kepada Allah, maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itu adalah orang-orang yang fasik. Allah mengancam orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang kafir dengan api Jahannam, mereka kekal di dalamnya. Cukuplah neraka itu bagi mereka, dan Allah mela'nati mereka, dan bagi mereka azab yang kekal. Selanjutnya dalam surat yang sama (ayat71-73): Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan RasulNya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Allah menjanjikan kepada orang-orang mukmin, lelaki dan perempuan, (akan mendapat) surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat yang bagus di taman 'Adn. Dan keridhaan Allah adalah lebih besar;itu adalah keberuntungan yang besar. Hai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka ialah jahannam. Dan itu adalah tempat kembali yang seburuk-buruknya.

Dalam ayat keempat kita mencapai jantung hutan belantara kejahiliyahan: "Untuk sekali lagi mendifinisikan pengajaran Islam sebagai landasan untuk menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan untuk mendukung prinsip-prinsip kebersamaan bagi setiap individu, untuk memupuk hubungan harmonis antar agama dalam skala internasional." Setelah membaca itu semua muslim harus tahu bahwa mereka telah ditipu dalam Deen mereka. Doktrin kafir dalam ayat keempat tadi didukung oleh ayat 5 berikut: "Untuk mendukung penuh dalam pembentukan dialog antar-agama yang konstruktif sebagai landasan saling menghormati dan saling memahami."

Dari sudut Islam yang Sahih, masalah di atas dijelaskan dalam perintah-perintah dan larangan-larangan di dalam Surat at-Taubah (9:29-33). Allah Subhanahu wa Ta'Ala mengatakan:

Perangilah orang-orang ahli kitab yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari kemudian, dan mereka tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah dan RasulNya dan tidak ber-Deen dengan Deen yang benar, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk. Orang-orang Yahudi berkata: "Uzair itu putera Allah" dan orang Nasrani berkata: "al Masih itu putera Allah". Demikianlah itu ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Allah memerangi mereka , betapa sesatnya mereka! Mereka menjadikan rabbi-rabbi (yahudi) dan rahib-rahib (kristen) mereka sebagai tuhan selain Allah dan (begitu pula) Al Masih putera Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan selain Dia! Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. Mereka berkehendak memadamkan Cahaya Allah dengan mulut mereka, tetapi Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahayaNya, walaupun orang-orang kafir tak menyukai. Dialah yang telah mengutus RasulNya (dengan) petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkanNya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai.

Kepada segenap Muslimin Indonesia yang mulia, lurus dan saya hormati, mohon sampaikan kabar kepada anggota-anggota dewan Nahdlatul Ulama beserta ketuanya yang menyimpang Hasyim Muzadi, yang sudah sempoyongan di pinggir jurang kekufuran, mengenai kata-kata terJaga ini dalam Quran:

Dialah yang telah mengutus RasulNya (dengan) petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkanNya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai.
Demikianlah ayat-ayat selanjutnya dalam Deklarasi itu berjalan kesana kemari tanpa tuntunan hidayah, untuk kembali kepada tesis sentral kafir pada ayat 10: "Guna memberi dukungan penuh kepada setiap komunitas internasional yang berencana untuk memupuk kedamaian, keamanan dan kemajuan, dan untuk membantu tumbunya saling menhormati, toleransi dan hubungan damai dalam rangka kedamaian global." Sekali lagi kita kembali kepada zona tanpa-oksigen-nya otak Sekjen PBB (baca: otak tanpa oksigen=sel-selnya mati/tidak bekerja)

Nampak jelas bagi kami bahwa sebagian besar penduduk Muslim dunia yang terdiri dari saudara-saudara Muslim kita di Indonesia harus mulai memisahkan diri mereka dari kepemimpinan palsu mereka yang agaknya di situasi sekarang ini tak berdaya untuk melebarkan jalan kepada Siraatal-Mustaqiim dalam hal fardhu tiang Zakat. Zakat bukanlah seperti Sadaqa yang dikeluarkan secara sukarela, namun Zakat adalah Sadaqa yang dipungut, dan ini berarti Muslimin haruslah berada di bawah pemerintahan seorang Amir Muslim yang menunjuk Amilin Zakat, yang kemudian memungut Zakat bukan dalam bentuk uang kertas (yang haram) namun harus dalam bentuk kekayaan nyata (baca: dinar Islam, dirham Islam, emas, perak, ternak, hasil bumi). Inilah kewajiban setiap pemimpin Muslim yang serius agar terhindar dari jebakan yang dipasang untuk kita. Kita harus menghancurkan dua menara Terorisme dan Tolérance. Allah memerintahkan kita dalam Surat at-Taubah (9:103-104):

Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya do'a kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Mendengar lagi Maha Mengetahui. Tidaklah mereka mengetahui, bahwasanya Allah menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan mengetahui zakat mereka dan bahwasanya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang?

Guna menggantikan meluapnya sungai sosiologi dan filsafat yang tak bermakna dalam apa yang dinamakan sebagai "Prinsip-prinsip Islam" atau "Nilai-nilai Islami" dlsb, mari kita lihat bagaimana sebuah Konferensi Islam seharusnya dibuka. Saya menukil dari 'Islam dalam Madzhab Madinah' karangan Syekh Ahmad ibn al-Bashir al-Qalaawi asy-Syinquiiti. Perhatikan bagaimana Syekh kita yang mulia ini merujuk kita kepada seorang faqih besar yang kemudian merujuk kita kepada Imam besar ilmu Islam, dengan demikian membawa kita kepada sumbernya. Ia mengatakan:

"Al-Faakihaani dalam al-'Umda mengatakan bahwa 'Iyyad berkata: 'Ketahuilah bahwa Adzan adalah pernyataan 'aqidah dan iman yang menyeluruh, mencakup kesaksian intelektual dan juga diterimanya ilmu secara langsung (penyampaian ilmu dengan sanad): pada awal adzan terletak kesaksian pada Dzat dan ini kemudian berarti kesaksian pada ke-Mulia-an dan ke-Benar-an-Nya, begitu pula tanzih-nya, yaitu meninggalkan hubungan kebalikannya dari-Nya (dari dua hal ini) — dan ini (didapatkan dari), membaca 'Allahuakbar', karena pernyataan ini terlepas dari bobotnya, menunjuk kepada maksud kami. Kemudian muadzin bersaksi terhadap ke-Esa-an Allah dan menolak pada kebalikannya dari ini, yaitu manolak adanya syarikat (pembanding) bagi Allah. Inilah tiang Iman dan Tauhid yang mendasari semua kewajiban Diin. Kemudian muadzin bersaksi atas ke-Rasul-an, dengan demikian pengukuhan berserah-dirinya pada Nabi kita, Shalallaahu 'Alaihi Wasallaam. Prinsip ini sangatlah penting - setelah bersaksi atas ke-Esa-an-Nya: Dikatakan bahwa deklarasi ketauhidan adalah salah satu amal yang bisa dilakukan (bukan keharusan yang kaku). Bagaimanapun juga, deklarasi tauhid hanya meliput dasar-dasar asasi yang diperlukan (mengenai Allah); Kemudian dengan akal terbukalah dasar-dasar 'aqidah lainnya - mengenai apa yang wajib, apa yang mustahil dan apa yang mungkin mengenai Allah Ta'Ala. Kemudian Adzan memanggil kepada amal ibadah yaitu shalat, ini disebut setelah kesaksian pada Rasulullah, karena ilmu faraid shalat didapat dari Rasulullah Salallaahu 'Alaihi Wasallaam, bukan dari akal. Kemudian adzan memanggil kepada kejayaan (hayya ala'l-falaah), dan ini adalah penutup 'aqidah bila dilihat dari segi keimanan. Kemudian dilanjutkan dengan pengulangan iqamat guna mengumumkan bahwa shalat akan segera dimulai. Pengulangan ini kemudian menandakan peneguhan iman, peneguhan dalam qalbu, lidah dan tangan (badan) ketika pada permulaan ibadah shalat seorang abdi sepenuhnya sadar atas makna dan tujuannya, dan dengan bercermin pada imannya sendiri, dan sadar atas bobot amalannya, yang Luasnya seluas Rabb, yang mana Ia-lah yang disembah dan padaNya-lah kita berharap balasan."

Saleum, Jihad dan jin si Aladin


oleh H. Zikrillah Rida, SE

Allah akan menyempurnakan diri Nya dan Cahaya Nya dengan orang-orang yang bertakwa dan berjuang. Itulah makna saling sifat mensifati orang-orang beriman dengan Allah. Seperti dalam surat At Taubah 32. Mereka hendak memadamkan cahaya Allah dengan mulut mereka, tetapi Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya Nya, walaupun orang kafir tidak menyukai. Itulah cahaya yang sering-sering saya sebutkan dimiliki orang beriman yang menghadapi cobaan sebagai pertanda kesempurnaan Allah terwakili oleh hamba itu tadi.

Apa surga dan neraka itu satu gang? Tidak !!! Dia berpisah dengan jelas tidak didalam satu jalan. Coba perhatikan Al Quran bagaimana Allah bercerita panjang lebar membongkar rahasia hati orang-orang munafiq itu sampai-sampai Allah menegur nabi yang masih berharap-harap dengan orang-orang munafiq ketika perintah jihad sudah dikeluarkan menghadapi perang Badar. Kaum munafik berdalih karena ini itu. Orang munafiq itu takut kalau-kalau jihad itu akan memperburuk keberadaannya dan hartanya. ”Biar kan mereka duduk disitu tak usah diajak jihad”, kata Allah. ”Sudah Ku cap mereka itu. Perangi mereka agar jangan ada fitnah. Sembahyang mereka tidak lain hanyalah siulan dan bertepuk tangan”. Lihat panjang lebar hal itu di surat Al Anfaal.

Orang yang tidak berani membela dan malah mengusir kalian itu dari kantornya karena dia khawatir terjadi konflik kepentingan terhadap dirinya dan oragnisasinya adalah orang bersiul dan bertepuk tangan sholatnya. Apa lagi orang kalian bongkar kemunafikannya itu, dia adalah orang zalim. Organisasi atas nama Islam yang mereka dirikan itu seperti orang munafiq yang bangun masjid di Madinah (Mesjid Dihrar, Red) yaitu membangun masjid untuk meneguhkan kedudukan mereka bukan sebagai tempat sujud orang-orang yang mengikhlaskan harta dan nyawanya atas semata-mata taqwa kepada Yang Maha Sempurna KekuasaanNya.

Baca juga surat At Taubah ayat 16 sd 20, intinya Allah ingin mengetahui mana yang benar-benar berjuang dan tidak; yang tidak takut selain hanya pada Allah dan memilih Allah, rasul dan orang beriman sebagai teman setia nya. “Apakah kamu menganggap memberi minum orang-orang mengerjakan haji dan mengurus masjidil haram, sama dengan orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir serta berjihad di jalan Allah?” Mereka itu tidak sama di sisi Allah.. Mereka itu pura-pura berjihad di jalan Allah supaya tidak diserang. Yang berjihad itu jelas dan nampak dimata Allah. Surah 9. 24, “Katakanlah, jika bapak-bapakmu, istri-istrimu, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu peroleh, perniagaan yang kamu khawatir merugi dan tempat tinggal yang dicintai, lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul dan dari Orang-orang berjihad dijalan Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan Nya”. Saya sudah melihat bahwa Saleum itu koran syiar.. Bukan koran gosip. Kita lihat saja keputusan-Nya nanti apa terhadap orang-orang yang menghalang-halangi syiar dan dakwah kalian.

Manusia ini beribadah sesuai yang disenanginya, tapi bukan beribadah yang sesuai dengan yang disenangi Allah. Itulah namanya menuhankan tuhan dengan hawa nafsunya. Manusia mencari dalih pembenaran agar ibadahnya dilaksanakannya sesuai yang disenanginya saja. Ibadah seperti jihad dengan nyawa, harta, kedudukan dan keluarga didalilkannya menjadi tidak penting. Dan Allah akan membiarkan mereka sesat dengan ilmunya itu. Sudah tepat yang Saleum lakukan selama ini, yaitu berkata lugas, tegas dan tanpa tedeng aling-aling. Karena hati orang yang berdosa itu memiliki ketakutan dan bertindak menutupi ketakutannya dari pada bertindak mencari kebenaran atau perbaikan. Makanya kalau sudah berjihad di jalan Allah, maka Allah pasti akan turunkan cobaan Nya untuk melihat siapa yang sebenar-benarnya yang berjihad itu. Nah yang menjadi pertanyaannya apakah bisa nanti Saleum tetap menjadi koran jihad?

Dalam Islam memberitakan, menyampaikan dan menjelaskan yang haq kepada masyarakat mendapatkan pahala jihad yang besar. Karena siapa yang sudah dapat kabar berarti dia sudah mendapatkan pertanggung jawaban atas otak nya. Jihad itu adalah Syiar. Syiar itulah yang membesarkan Allah dan dengan itu juga diketahuilah siapa-siapa yang besama Nya dan tidak. Walau cuman selembar buletin jumat dibagikan kita sudah di kategorikan jihad bersama nabi.

Begitu juga sebaliknya siapa-siapa yang melemahkan atau menghalangi syiar berarti dikategorikan menghalang-halangi kebenaran atau jalan menuju Allah. Maka menerbitkan koran itu seperti meletakkan kaki satu di surga dan satu di neraka. Walau perbedaannya jelas tapi tergelincirnya gampang. Seperti bertauhid dan syirik.

Coba lihat surat Al Anfaal dan lain-lain. Allah berfirman dengan panjang lebar untuk mempersiapkan barisan yang teguh kepada Nabi dan orang-orang mukmin dalam perang Badar. Setelah pasukan saling berhadapan dan bertempur maka siapa yang lari meninggalkan musuh langsung di cap kafir dan sama kedudukannya dengan orang yang sebelumnya tak mau pergi perang. Jadi setelah menetapkan jihad tapi lari atau surut hukumnya itu sama saja. Kalau sudah menetapkan jalan jihad haram hukumnya mundur. Karena Allah sangat tersinggung karena kita tidak mempercayai Nya. Sehingga Allah berfirman ”Apa kamu mengira kamu itu dibiarkan saja oleh Aku?”

Azan dan melapangkan orang sholat itu jihad, sholat itu sendiri ibadah. Walau Banyaknya sholat yang dilakukan sesorang tidak dapat dipastikan bahwa dia akan masuk surga, tapi orang berjihad di pastikan Allah masuk surga. Tidak pernah Allah mengatakan celakalah orang yang berjihad karena bodoh atau kalah. Karena yang dilihat Allah hati nya bukan hasilnya. Tapi celakalah orang yang sholat karena yang dilihat Allah hasil dari sholat itu tak ada memberi manfaat. Sholat itu kebutuhan manusia, jihad itu terciptanya Cahaya kesempurnaan Allah. Memilih Allah, Rasul dan orang-orang beriman sebagai teman setianya adalah untuk orang berjihad. Orang sholat tapi takut memilih Abu Bakar Ba'asyir sebagai teman setianya berarti dia tidak jihad dan sholat nya entah untuk apa. Jadi muslimin yang enggan bersedekah ke Saleum karena kalian memasang tokoh-tokoh Islam yang sangat keras terhadap yang kafir, maka ibadah mereka itu sama seperti orang cina sembahyang dan orang sembah pohon besar. Ibadah yang karena mengharap rejeki ataupun jangan kena bencana. Apa mereka fikir Allah itu macam jin Aladin, di gosok-gosok dan diberi sesajen baru keluar dan memenuhi perintah-perintah mereka” Subhanallah.

Kita semua harus beriktikaf. Tidak perlu terlalu lama, cukuplah sehari penuh atau seminggu. Cobalah kita mencari hikmah akan kehendak Allah dari semua yang terbentang dihadapan kita. Janganlah kita beranggapan keinginan yang kita usahakan kelak menjadi persembahan jihad terbaik pada Allah. Cobalah beriktikaf mencari apa yang menjadi keinginan Allah dahulu lantas barulah kita bertawakkal dan berihad kita untuk mencapainya. Keinginan Allah tidaklah menganiaya dan buruk pada kita, tapi pilihan terbaik. Janganlah apa yang kita rasakan kegagalan saat ini adalah keburukan ataupun yang keberhasilan yang kita perjuangkan adalah kebaikan.

Allah Maha Pemelihara dan Maha Pelindung bagi orang-orang beriman. Kalaulah yang diperjuangkan ini baik bagi kita dan menjadi rahmat sekalian alam, maka tidaklah Allah menghalangi sedikitpun. Ada hal-hal yang tidak kita mengerti dan ada ukuran-ukuran diri yang tidak pantas yang dapat membawa kemudaratan yang perlu kita perbaiki. Rendahkanlah diri dalam memandang dan berjalan.

Kita selalu berusaha mencari sekutu-sekutu yang kuat, sekutu-sekutu yang kita yakini akan mempermudah jalan. Lantas diperjuangan itu kita cap bahwa Allah bersama kita. Allah tidaklah beserta sama siapapun kecuali kepada orang-orang yang bertawakkal pada-Nya. Lihatlah teguran-teguran Allah kepada Nabi-Nabi atas keputusan dan kebijaksanaannya yang mendahului Allah karena nafsu dan pandangannya.

Terkadang apa yang menjadi hasrat dikepala kita seperti orang-orang haus di padang pasir, pandangan kita (terhadap harapan, cita-cita, perencanaan masa depan) ternyata adalah fatamorgana (bayangan palsu). Sementara kalau Allah berkehendak maka air (rezeki yang kita cari-cari) itu memancar ditelapak kaki kita.