oleh :
Muzakhir Rida
Dalam tulisan sebelumnya, penulis telah menulis tentang bagaimana Al-Quran menjadi mukjizat bagi Muhammad dan kita semua. Yang dimaksud dengan mukjizat itu karena dengan menjadikan Al Quran sebagai panduan maka Muhammad SAW dapat membangun sebuah peradaban tauhid yang paling humanis dalam tempo relatif singkat. Kemukjizatan Al-Quran itu adalah karena begitu lengkapnya Al Quran sebagai sumber ke ilmuan, kesejarahan dan informasi tentang masa depan. Bahkan kalau diteliti lebih lanjut bahwa ayat-ayat pendahuluan Surah Al Baqarah adalah kata-kata dasar dalam bahasa Arab, sehingga jika kita mempelajarinya maka dengan mudah pula kita menguasai bahasa Arab. Luar biasa bukan? Al Quran yang diturunkan dalam bahasa Arab, telah dilengkapi pula pelajaran bahasa Arab bagi semua bangsa non Arab.
Kita juga harus menyadari bahwa saat kita bertawaf di Masjidil Haram, bahwa selain mengelilingi Ka’bah bahwa kita juga mengitari makam seorang budak perempuan berkulit hitam yang berasal dari Ethopia yaitu Siti Hajar, ibunda Ismail. Yang karena ketakwaannya kepada perintah Allah, dia pergi meninggalkan tempat tinggalnya dan berdiam dilembah maut Mekkah, dan tidak sedikitpun protes saat suaminya Ibrahim meninggalkannya disana. Mekkah saat itu tidak ada penduduknya, dan Mekkah dikatakan lembah maut karena tidak satupun kehidupan yang berlangsung disana. Sumur Zamzam belum ada saat perintah itu diturunkan.
Karena ketaatan Hajar terhadap perintah Allah (padahal secara logika perintah itu adalah sesuatu yang sangat membahayakan nyawanya dan bayinya) maka Hajar diangkat derajadnya oleh Allah sehingga Ka’bah dan makamnya adalah sebuah kesatuan. Tidak sah tawaf kita apabila kita tidak mengitari dimakamnya. Ka’abah bersatu bukan dengan makam nabi-nabi, malah Ka’bah menghadap ke Hijir Ismail (pangkuan Ismail). Tidak perduli apakah kita ini Sultan atau milyuner, jika kita berhaji ataupun umrah maka makam Siti Hajar itulah yang turut kita tawafi.
Ini jelas sekali bahwa Islam adalah agama yang mengagungkan kedudukan orang-orang takwa yaitu orang-orang yang menyerahkan seluruh jiwa dan raganya semata-mata pada Allah SWT, agama yang menganjurkan persamaan derajad, agama yang paling revolusioner dalam menentang diskriminasi dan perbudakan, juga sekaligus adalah agama yang amat sangat mencela pemutusan silaturrahmi. Inilah ajaran Islam yang tidak berubah dari zaman era manusia dimulai sampai saat ini.
Ajaran inilah yang membuat Musa melawan Firaun, Ibrahim melawan Namrud, Daud melawan Jalut, Muhammad melawan Quraisy dan semua imperium kafir seperti Persia dan Romawi. Khomeini melawan Shah Iran (boneka Amerika), Mujahidin Afghan melawan Babrak Kamal (boneka Sovyet), Hiszbullah melawan Israel. Ajaran inilah yang mengajurkan kita untuk melawan upaya pemurtadan yang dilakukan kafir barat saat ini. Perlawanan kita yang menolak untuk dibawa dalam keruntuhan kehidupan dan peradaban barat yang mabuk-mabukan, yang melegalkan zina dan sodomi, riba, pembunuhan massal dengan tekhnologi perang, memfitnah, berbohong dan merampas paksa sumber daya alam serta memperbudak anak-anak bangsa di negeri mereka sendiri. Itulah inti kenapa kita semua melakukan perlawanan terhadap Amerika, Inggris, Israel, sekutu-sekutunya juga terhadap boneka-boneka dan agen-agennya. Karena merekalah imperium-imperium kafir yang diperintah oleh Firaun, Karun dan Haman moderen.
Fira’un, Karun dan Haman adalah trinitas musuh-musuh Allah, musuh-musuh kemanusiaan, musuh-musuh peradaban. Trinitas artinya tiga tetapi satu, tiga sosok yang bersatu yaitu tiga pilar pendukung Kerajaan Setan. Sebelum kita melawan kerajaan setan itu maka kita harus mengenali siapa saja yang disebut Fir’aun, Karun dan Haman itu. Karena seiring zaman maka Fira’un, Karun dan Haman itu juga mengambil bentuk-bentuk lahiriah yang berbeda-beda bahkan mereka pun mungkin bisa berkulit coklat dan berbahasa Aceh. Tetapi jati diri asli dan sifatnya tidak akan berubah. Mereka adalah Setan yang berwujud manusia, seperti halnya Setan yang abadi sampai akhir zaman, jati diri trinitas ini juga tidak mati tetapi dapat dikalahkan. Jadi cerita Musa dan Fir’aun bukan sekedar cerita di zaman dahulu kala, Al Quran menceritakan mereka karena mereka akan tetap ada sampai akhir zaman. Dan melalui kisah mereka di Al Quran maka Allah mengajarkan kepada kita untuk mengalahkan Setan dan pengikutnya itu. Mengenali musuh adalah sangat penting dalam pertempuran abadi ini, karena dengan mengenali musuh maka kita sudah memiliki 50% faktor penentu kemenangan.
Fir’aun, Karun dan Haman adalah tiga berhala yang berdiri sendiri dan masing-masing memiliki identitasnya sendiri, mereka berteman baik dan bekerja sama dalam menghadapi manusia. Sesungguhnya mereka adalah tiga wajah dari satu sumber. Adam meninggalkan dua anak laki-laki, Habil dan Kabil. Habil adalah seorang petani miskin yang dibunuh oleh Kabil, saudaranya yang kaya dan tuan tanah. Adapun mengenai Kabil, kita tidak pernah mendengar kematiannya. Dengan demikian maka Adam digantikan oleh Kabil yang tidak beriman, perampas, tamak, pembunuh, dan anak yang tidak patut menjadi anak bapaknya. Sepanjang sejarah, anak-anak Kabil telah menjadi pemimpin umat manusia.
Masyarakat telah berubah dengan tumbuh semakin besar dan sistem-sistem yang mengaturnya pun semakin kompleks. Dengan munculnya berbagai pembagian, spesialisasi dan klafikasi, maka Kabil sang pemimpin juga berganti wajah. Dalam masyarakat moderen, Kabil menyembunyikan wajahnya dibalik politik, ekonomi, dan agama seraya tetap mempertahankan kekuatan dan keistimewaannya di dalam ketiga basis ini. Kabil menciptakan tiga kekuasaan utama yakni penindasan, kekayaan dan kemunafikan yang kemudian melahirkan despotisme (tirani militeristik), eksploitasi (penghisapan) dan teknik-teknik indoktrinasi (cuci otak). Ketiga kekuatan ini dilukiskan dengan tepat sekali dalam Islam sebagai berikut : Fir’aun : Simbol Penindasan ; Karun : Simbol Kapital dan kapitalisme dan Haman : Simbol kemunafikan.
Fir’aun adalah penguasa, yang mengandalkan kekuatan militer, polisi, senjata, intelijen, adu domba, hukum, politik, teror dan pembunuhan untuk melemahkan rakyatnya.
Karun adalah saudagar, pengusaha, pedagang, tuan tanah dan industriawan yang menguasai sumber daya alam secara rakus, merusak hutan dan mencemari lingkungan, memperbudak manusia, tidak membayar gaji secara adil, dan menghalalkan pembunuhan demi perampasan asset atau proyek.
Haman adalah intelektual dan ulama yang secara sistematis dan rapi menolak ajaran agama tauhid. Dengan kemampuannya yang sangat baik dalam retorika dan berselubungkan teori-teori ilmiah memutar balikkan ajaran-ajaran agama tahuhid menjadi agama penyembah berhala dengan kedok tauhid.
Fir’aun merestui perampasan yang dilakukan Karun ; Karun mendukung Haman dengan uangnya ; Fir’aun mendukung Haman dengan kekuasaannya ; dan Haman menghubungkan kekuasaan Fir’aun dengan kekuasaan tuhan persis seperti kita ketika saling berpegangan tangan untuk medukung diri kita sendiri sambil juga mendukung satu sama lain. Perbedaan di antara ketiga berhala itu menegaskan tiga kekuatan yang saling berhubungan. Ketiadaan identitas menunjukkan bahwa masing-masing berhala bersembunyi diantara dua berhala lainnya.
Sebagai contoh, trinitas setan ini dapat kita lihat dalam Peristiwa Penjajahan Amerika terhadap Iraq. Bukankah sebelum serbuan itu para Bangsawan Minyak (para eksekutif puncak perusahaan minyak dunia Amerika dan Eropa) yang terlebih dahulu duduk membicarakannya? Mereka adalah Karun. Sedangkan Amerika dengan kekuatan militernya adalah Fir’aun. Yang telah membunuh 600.000 orang dalam perangnya di Iraq, sedangkan parjuritnya yang tewas sudah melebihi korban 9/11 WTC yang menjadi alasan penyerbuan itu.
Lalu siapa yang jadi Haman? Siapa lagi kalau bukan orang-orang yang memutar balikkan ayat-ayat tentang jihad. Yang menyatakan bahwa jihad adalah sisi gelap Islam. Mereka ingin meredam jihad yang membuat mereka tidak bisa dengan tenang menjajah Iraq. Mereka adalah Haman yaitu para intelektual sekuler dan ulama agama yang palsu..
Mungkin itulah kenapa sebabnya Paus Benecditus berpidato mengecam jihad itu. Dengan pidato itu diharapkan timbul stigma bahwa Islam itu jahat dan masyarakat Amerika dan Eropa harus mendukung Amerika dalam perang suci mereka di Iraq. Sucikah perang itu? Saddam Husin dan Iraq ternyata tidak sedikitpun memiliki senjata pembunuh massal. Dan tidak pernah terbukti membiayai teroris dimanapun. Di Iraq tidak ada misil dan teroris, yang ada cuma minyak, Karun menginginkannya lalu membiayai penyerbuan Fir’aun untuk menguasainya dan Haman mentakbirkannya sebagai perang suci.
